komunikasulut.com – Potret wajah Sulawesi Utara menjadi contoh satu–satunya Provinsi di Indonesia dengan tingkat toleransi yang tinggi serta merupakan simbol kerukunan antar umat beragama dan budaya yang ada.
Namun demikian masyarakat terus diingatkan untuk terus menjaga dan merawat bahkan memperkuat nilai – nilai kebangsaan ditengah pluralisme yang ada di Sulawesi Utara.
Hal ini dikatakan anggota DPRD Sulut Melky Jakhin Pangemanan (MJP) saat menggelar kegiatan Sosialisasi Kebangsaan (SosBang) di Kelurahan Manembo-nembo, Kecamatan Matuari, Kota Bitung, Jumat (18/2/2022).
Dikatakan MJP, kegiatan sosialisasi kebangsaan yang diinisiasi DPRD Sulut ini begitu penting untuk terus memperkuat nilai – nilai kebangsaan dalam dalam menangkal berbagai isu – isu yang bisa menjadi potensi memecah belah kerukunan di daerah ini.
“Ini juga sekaligus menjadi tanggung jawab moril kami di DPRD Sulut untuk terus mensosialisasikan nilai – nilai kebangsaan, tetapi juga bagaimana mengedukasi publik untuk terus memperkuat kebersamaan, kesatuan di tengah kepelbagaian, ditengah pluralisme yang ada di Sulawesi Utara,” tandas anggota komisi 4 DPRD Sulut yang berasal dari Dapil Minut–Bitung ini.
Selain itu MJP yang juga Ketua DPD Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Sulawesi Utara sekaligus wakil ketua Bapemperda DPRD Sulut ini menambahkan, daerah Sulawesi Utara begitu kuat karena perbedaan yang ada, oleh karena itu kegiatan sosialisasi ini akan sangat produktif untuk selalu mengingatkan publik bersama – sama menjaga keberagaman yang ada di bumi Nyiur Melambai ini.
“Selain diingatkan, masyarakat juga diedukasi sehingga Sulawesi Utara akan terus menjadi laboratorium kerukunan bagi umat beragama yang ada dan menjadi contoh di Indonesia sebagai daerah yang aman, daerah yang terbuka dan daerah yang menjadi potret keberagaman di Indonesia. Saya juga mengajak kita semua untuk bersama–sama merawat, menjaga dan mengawal kerukunan di Sulawesi Utara yang telah menjadi simbol daerah paling toleran di Indonesia tegas MJP.
Sementara itu, Dr Viktory Rotty MTeol MPd yang menjadi pemateri dalam kegiatan SosBang itu mengakui, berbicara mengenai kerukunan sebenarnya sudah dipraktikkan masyarakat yang ada di Sulut.
Akademisi Universitas Negeri Manado (Unima) ini mengatakan, telah banyak sebutan yang telah dilekatkan kepada Sulut terkait kerukunan. Seperti julukan Sulut sebagai laboratorium kerukunan atau etalase kerukunan yang ada di Indonesia.
Bahkan dikatakannya, tidak ada daerah di Indonesia selain Sulut yang menjadi miniatur ukuran sebagai tingkat toleransi yang tinggi dengan berbagai suku, maupun agama yang berbeda, namun justru dengan perbedaan itulah sebagai kekuatan utama dalam menjaga dan merawat toleransi di daerah ini.
“Maka dari itu kita perlu saling memahami di sekitar kita. Tetangga-tetangga kita. Kalau torang so baku paham maka akan sangat mudah menangkal paham-paham yang dari luar yang akan mempengaruhi kerukunan kita,” kuncinya.
Kegiatan SosBang MJP ini juga ikut dihadiri Kabag Umum Sekretariat DPRD Sulut John Paerunan, Kasub Rumah Tangga Justman Enjaurau, Kasub Administrasi dan Kesekretariatan Menli Menajang sekaligus melaksanakan tugas monitoring di lapangan. (Red)