Belajar Bahasa Jerman di Indonesia Punya Beragam Tantangan

Tugu Sam Ratulangi di depan Gedung Rektorat Unsrat. (Ist)

komunikasulut.com – Dosen Bahasa Jerman di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Tien Siamando, berbagi pengalamannya selama mengajar Bahasa Jerman di lingkungan akademik.

Menurut Tien, mengajar Bahasa Jerman memiliki tantangan tersendiri, terutama karena kompleksitas tata bahasanya. Beberapa aspek yang kerap menyulitkan mahasiswa adalah penggunaan kasus (nominatif, akusatif, datif, genitif), konjugasi kata kerja, serta struktur kalimat yang berbeda dari Bahasa Indonesia.

“Selain itu, pengucapan dan kosakata—terutama kata-kata majemuk serta huruf vokal khusus seperti ü, ö, dan ä—juga menjadi kendala dalam belajar,” ujarnya kepada awak media pada Senin (9/6/2025).

Tien menambahkan, minimnya paparan terhadap Bahasa Jerman di lingkungan sehari-hari membuat siswa kurang terbiasa mendengar atau menggunakan bahasa tersebut secara alami.

Hal ini berdampak pada rendahnya motivasi belajar, apalagi jika Bahasa Jerman bukan pilihan utama. “Tantangan lain yang dihadapi adalah perbedaan budaya komunikasi, keterbatasan media belajar yang kontekstual, serta kurangnya tenaga pengajar yang memiliki pelatihan khusus,” jelasnya.

Demi mengatasi tantangan tersebut, ia menekankan pentingnya strategi pengajaran yang kreatif dan adaptif. “Agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan,” ucap.

Tien Siamando yang belum lama terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPD Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Sulawesi Utara. (*)

 

 

Pos terkait