komunikasulut.com – Dalam rangka memperingati hari air dan hutan, KMPA Tansa dan KPA Silvaterra melakukan penanaman 50 bibit pohon berjenis mahoni, sekaligus pembersihan sungai, tepatnya di lingkungan V, kelurahan Buha, Kota Manado, Sabtu (29/03/2025).
Pembersihan itu melibatkan berbagai organisasi Internal kampus Polimdo, seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan (Himaju) Administrasi Bisnis (AB), Teknik Elektro, Teknik Sipil dan Korps Sukarela (KSR) PMI Politeknik Negeri Manado (Polimdo).
Bukan itu saja, melainkan juga terundang sesama organisasi pecinta alam, di antaranya KPPA Tarantula Adventure.
Ketua KPA Silvaterra, Freecklee Febriano Daniel Tatumpe menjelaskan bahwa kegiatan kali ini, bukan hanya bagian dari kepedulian terhadap lingkungan saja, melainkan juga membangun silahturahmi antara sesama organisasi.
“Dalam memperhatikan lingkungan dibutuhkan kolaborasi bersama, apalagi saat ini perubahan iklim sangat terasa, dan mengancam penghidupan masyarakat,” tuturnya.
Diketahui bersama, kata Freecklee, gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer bertindak seperti selimut bumi, yang merangkap panas dan menyebabkan suhu meningkat.
Hal ini menyebabkan, penguapan air di daratan dan di lautan menjadi lebih cepat, itu juga menyebabkan hujan turun, maka volume air akan tercurah sangat tinggi.
Dan jika curah hujan dalam jumlah besar dilepaskan ke bumi dalam waktu singkat, fenomena itu dapat memicu terjadinya banjir.
“Melihat hal ini, membuat KMPA Tansa dan KPA Silvaterra berinisiatif mengelar kegiatan penanaman 50 bibit pohon mahoni dan pembersihan sampah, yang bertujuan untuk mengurangi dampak rumah kaca, di mana jangka panjang dari pohon ini dapat menyerap karbondioksida (C02)dari udara,” terangnya.
Ketua KMPA Tansa, Meikel Pontolondo menambahkan penanaman bibit pohon di pinggir sungai tujuannya untuk menjaga terjadinya pengikisan pada daratan, akibat derasnya air.
“Selain itu, juga pohon ini bisa memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat setempat, ketika semuanya bertumbuh baik. Harapannya seperti itu, mengingat lokasi penanaman itu bisa dijadikan lokasi wisata, misalnya tempat camping, santai dan sebagainya,” ucapnya.
Lanjut Meikel, selain kegiatan penanaman bibit pohon mahoni, dilakukan juga pembersihan sampah di pinggiran sungai, guna mencegah terjadinya dampak besar dibagian hilir, misalnya banjir atau berdampak pada ekosistem laut maupun pesisir, seperti karang, lamun, Mangrove hingga Ikan itu sendiri.
“Ketika sampah masuk ke luat, sampah tersebut akan terjadi pengikisan yang bisa disebut microplastik, ketika ikan yang setiap harinya dimakan oleh manusia terkontaminasi microplastik, akan menyebabkan penyakit,” pungkasnya. (*)