Oleh: Grace Jane Waleleng
SALAH satu kunci keberhasilan suatu hubungan adalah terjalinnya komunikasi yang baik. Penyebab timbulkan konflik dalam suatu hubungan salah satunya karena masalah komunikasi. Communication skill yang baik akan mempengaruhi suatu hubungan.
Komunikasi merupakan cara seseorang mengekspresikan dan menyampaikan pesan dengan berbagai cara agar didengarkan dimengerti oleh orang lain. Dengan berkomunikasi, seseorang dapat mencurahkan isi hatinya dalam bentuk cerita, keluh kesah, juga seseorang bisa mengekspresikan ide, keinginan, harapan, pikiran dan perasaan orang lain.
Terdapat cara agar komunikasi dapat berjalan dengan baik dan bersifat dua arah, yaitu Komunikasi Asertif, yaitu sikap mampu berkomunikasi dengan jujur dan tegas, namun tetap menghargai dan menjaga perasaan orang lain. Ketrampilan berkomunikasi seperti ini akan menumbuhkan rasa saling menghargai dan terbuka sehingga komunikasi berjalan singkat, jelas dan efektif.
Komunikasi Asertif merupakan cara efektif untuk memecahkan masalah interpersonal. Asertif melibatkan hak-hak pribadi dan mengungkapkan pikiran, perasaan dan keyakinan secara langsung, jujur dan tepat tanpa melanggar hak orang lain. Ketrampilan komunikasi asertif mampu menciptakan peluang untuk diskusi terbuka dengan berbagai pendapat, kebutuhan dan pilihan untuk didengar dan dipertimbangkan dengan hormat untuk mencapai soulsi yang saling menguntungkan untuk masalah tertentu.
Komunikasi asertif juga dapat memperkuat hubungan, mengurangi stress akibat konflik, dan memberi dukungan sosial saat menghadapi masa-masa sulit. Perilaku asertif dianggap dapat menunjukkan rasa hormat terhadap diri sendiri dan orang lain, mendorong pengungkapan diri, pengendalian diri dan apresiasi positif terhadap harga diri.
Sikap ini penting untuk dimiliki ibu-ibu PKK Kelurahan Taas Kecamatan Tikala Kota Manado, karena masih banyak yang ketika mengekspresikan ide, keinginan, harapan, pikiran dan perasaan kepada suami, anak, sesama anggota PKK maupun dengan orang lain tanpa mengelola kata-kata terlebih dahulu dan tanpa memikirkan perasaan orang lain, kurang menghargai dan menyinggung, sehingga menimbulkan konflik.
Masih banyak ibu-ibu PKK yang kurang mampu mengelola emosi ketika berbicara, sehingga respons verbal dan non verbalnya menjadi salah dan menyinggung orang lain. Dalam berinteraksi, terkadang ibu-ibu kurang bisa merespon pembicaraan secara tepat, kata-kata dikeluarkan tanpa memperhatikan situasi dan kondisi. Banyak juga ibu-ibu yang merasa kesulitan mengemukakan pendapat karena khawatir akan menyakiti perasaan mereka. Ada juga yang tidak mempunyai kemampuan untuk berkata tidak, tetapi hanya mampu menutupi dan memendam pendapat sendiri.
Selaku Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi, Dr. Grace Jane Waleleng, S.Sos, MSi pada Hari Senin, tanggal 9 Oktober 2023 melakukan Pelatihan Komunikasi Asertif Pada Kelompok Ibu-Ibu PKK dengan menggunakan metode pelaksanaan wawancara, diskusi dan ceramah serta pelatihan ketrampilan,permainan Role Play dengan memberikan pengarahan dan modeling secara langsung untuk menunjukkan bagaimana Komunikasi Asertif, yaitu :, Memiliki kemampuan untuk mengatakan tidak, Menunjukkan waktu berbicara yang lama, Jelas dalam berbicara, Mampu memberikan saran dan mengeluarkan perasaan sesuai keadaan diri, Mampu mengelola emosi ketika berbicara, Dapat merespon pembicaraan secara tepat, Berani memandang lawan bicara atau orang lain yang dijumpai, Memperlihatkan ekspresi yang sesuai dengan perasaan yang dialami, Jarak berbicara yang tidak terlalu dekat atau tidak terlalu jauh, Sikap badan yang tegak ketika berbicara, Mampu menggunakan bahasa tubuh yang sesuai dengan apa yang dikatakan.
Dr. Grace Jane Waleleng, S.Sos mengatakan bahwa : “Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan organisasi kemasyarakatan yang betujuan untuk memberdayakan perempuan, dimana didalamnya beranggotakan ibu-ibu yang memiliki berbagai kegiatan positif.
Demikian pula dengan PKK di Kelurahan Taas Kecamatan Tikala Kota Manado yang beranggotakan ibu-ibu yang tinggal di Kelurahan Taas, yang termotivasi untuk mengikuti program pemerintah karena didalamnya banyak hal yang bisa diperoleh seperti ketrampilan, penyuluhan dan masih banyak lagi kegiatan yang bermanfaat yang diperoleh oleh ibu-ibu PKK.
“Dalam menjalankan program kegiatan dan pencapaian tujuan, ibu-ibu PKK Kelurahan Taas akan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Demikian pula ketika ibu-ibu PKK berada di tengah keluarga dan masyarakat dimana mereka tinggal. Ibu-Ibu PKK sering mengalami kesulitan untuk mengungkapkan perasaan serta pendapat kepada orang lain. Perasaan tidak enak muncul karena takut menyakiti perasaan atau menghakimi secara tidak langsung:, kata Grace Waleleng.
Dalam kegiatan PKM tersebut juga hadir Ketua PKK Kelurahan Taas Ibu Maria Rori dan Ibu Lurah Taas Gresee Warouw, SE, Ketua PKK Dasa III Ibu Tineke Lesar, dan Ketua PKK Dasa IV Helena Samalo. Selaku Lurah Taas, Gresee Warouw mengatakan “Ibu-Ibu PKK masih kurang bisa mengekspresikan ide, keinginan, harapan, pikiran dan perasaan, padahal sebenarnya mereka mempunyai gagasan yang bagus untuk diterapkan.
Kurang mampu mengelola emosi ketika berbicara, Kurang mampu merenspons pembicaraan secara tepat, Kesulitan mengemukakan pendapat, Tidak mempunyai kemampuan berkata tidak, Kurang bisa mendengarkan lawan bicara, Kurang mampu berkata tegas dan terbuka saat berkomunikasi dengan lawan bicaranya”.
“Bahkan terkadang ibu-ibu PKK kurang mampu mengelola emosi ketika berbicara dengan lawan bicaranya, sehingga tidak jarang konflik timbul akibat kata-kata yang keluar akibat emosi tersebut. Permasalahan-permasalahan tersebut berkaitan dengan kemampuan individu dalam menyampaikan apa yang sedang dipikirkan, apa yang diinginkan dan dirasakan kepada orang lain, namun disamping itu tetap menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain tanpa bermaksud menyerang orang lain,”kata Gresee Warouw.
Dalam pelatihan yang dilakukan, ibu ibu PKK Kelurahan Taas Kecamatan Tikala diberikan latihan menyampaikan informasi, gagasan dan perasaan yang dialami dengan berani dan benar kepada orang lain tanpa menimbulkan kesalahpahaman dalam menerima informasi. Ibu-ibu PKK diberikan pelatihan menyampaikan ide dan gagasan secara terbuka, serta mampu berkata tidak dan mampu meminta bantuan dan mengespresikan perasaan positif dan negatif dengan cara yang wajar.
Metode yang digunakan dalam pengabdian ini berupa sosialisasi dan pelatihan tentang Komunikasi Asertif pada Ibu-Ibu PKK Kelurahan Taas Kecamatan Tikala Kota Manado, dengan sebelumnya melakukan analisis kebutuhan mitra kemudian menetapkan peserta yang akan mengikuti kegiatan.
Awal pelatihan, Ibu-Ibu diberikan penjelasan tentang manusia, termasuk ibu-ibu PKK pasti tidak bisa lepas dari komunikasi dengan orang lain. Selanjutnya diberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan Komunikasi Asertif. Masih banyak terjadi kesalahpahaman antara individu dalam komunikasi, sehingga mengarah kepada konflik baik sesama ibu-ibu PKK, dengan keluarga, tetangga bahkan orang-orang di lingkungan sekitar.
Selanjutnya diberikan kesempatan kepada Ibu-Ibu PKK untuk mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan Komunikasi Asertif, yaitu pengalaman kesalahpahaman dalam komunikasi, mengekspresikan ide, keinginan, harapan, pikiran dan perasaan, padahal sebenarnya mereka mempunyai gagasan yang bagus untuk diterapkan. Kurang mampu mengelola emosi ketika berbicara, Kurang mampu merenspons pembicaraan secara tepat, Kesulitan mengemukakan pendapat, Tidak mempunyai kemampuan berkata tidak, Kurang bisa mendengarkan lawan bicara, Kurang mampu berkata tegas dan terbuka saat berkomunikasi dengan lawan bicaranya.
Setelah itu Tim PKM memberikan studi kasus kepada ibu-ibu PKK peserta sosialisasi dengan mendiskusikan beberapa kasus, seperti : Complience, Duration of Replay, Loudness, Request For New Behaviour, Affect, dan Latency Of Response.
“Ibu-ibu juga diberikan Pelatihan Non-Verbal Behaviour, seperti Kontak Mata : Kemampuan memandang lawan bicara atau orang lain yang dijumpai, Ekspresi Muka : Memperlihatkan ekspresi sesuai perasaan yang dialami, Jarak Fisik : Merupakan jarak yang tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh saat berbicara, Sikap Badan : Berbicara secara tegak, Tidak membungkung saat berbicara, dan Isyarat Tubuh : Kemampuan menggunakan bahasa tubuh” kata Grace Waleleng.
Tim PKM melatih ibu-ibu PKK untuk memandang lawan bicara ketika berbiaara dan menerangkan bahwa kontak mata tidak hanya di awal dan di akhir pembicaraan, tapi selama berbicara harus menatap lawan bicara untuk menunjukkan perhatian padanya. Ketika berbicara harus memperhatikan ekspresi, dimana ekspresi yang ditunjukkan harus sesuai dengan perasaan yang dialami.
Misalnya : Jika senang, harus memperlihatkan senang, begitu pula sebaliknya jika sedih harus berekspresi sendih. Jarak fisik antara yang berbicara dengan lawan bicara jangan terlalu dekat, sehingga tidak berkesan menggangu ruang gerak, atau jangan terlalu jauh sehingga sulit untuk lawan bicara mendengar apa yang disampaikan. Sikap badan dalam komunikasi asertif ketika berbicara harus lengat tegak dan jangan membungkuk. Dan bila harus menggunakan isyarat tubuh, harus sesuai dengan apa yang dikatakan.
Kemampuan Komunikasi Asertif pada ibu-ibu PKK Kelurahan Taas Kecamatan Tikala Kota Manado memberikan manfaat yang sangat besar bagi ibu-ibu PKK. Pelatihan Komunikasi Asertif meningkatkan ketegasan dan kejujuran dalam mengkomunikasikan pikiran dan perasaan. Dimana pelatihan ini berlangsung dalam tiga langkah, yaitu : Latihan Ketrampilan, Mengurangi Kecemasan Yang Diperoleh Secara Langsung dan Menstruktur Kembali Aspek Kognitif. Melalui Role Play atau Praktek, Ibu-Ibu PKK Kelurahan Taas Kecamatan Tikala mampu menunjukkan perubahan dan kemajuan dalam menggunakan Ketrampilan Komunikasi Asertif.
Ibu Ketua PKK Kelurahan Taas Maria Rori mengatakan “Hasil akhir yang diharapkan tentu yang terbaik, agar kemampuan ibu-ibu PKK peserta pelatihan ini menunjukkan kemajuan yang nyata. Maria Rori mengatakan “Diharapkan adanya peningkatan Kemampuan ibu-ibu PKK untuk mengatakan tidak, Menunjukkan waktu berbicara yang lama, Jelas dalam berbicara, Mampu memberikan saran dan mengeluarkan perasaan sesuai keadaan diri, Mampu mengelola emosi ketika berbicara, Dapat merespon pembicaraan secara tepat, Berani memandang lawan bicara atau orang lain yang dijumpai, Memperlihatkan ekspresi yang sesuai dengan perasaan yang dialami, Jarak berbicara yang tidak terlalu dekat atau tidak terlalu jauh, Sikap badan yang tegak ketika berbicara dan Mampu menggunakan bahasa tubuh yang sesuai dengan apa yang dikatakan”. (*)