komunikasulut.com – Baru-baru ini beredar informasi tentang adanya kesalahan diagnosa golongan darah pasien yang diduga dilakukan oleh petugas Unit Transfusi Darah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota Kotamobagu.
Di ketahui, hal ini mendapat tudingan dari keluarga pasien yang mengaku jika petugas UTD salah mendiagnosa golongan darah setelah hasil uji sampel dilakukan petugas diberitahukan kepada keluarga pasien.
Pihak RSUD Kotamobagu pun membantah dugaan kesalahan diagnosa golongan darah tersebut.
Kepala UTD RSUD Kotamobagu, dr. Vera Jakob pun memberikan klarifikasi serta penjelasan tentang mekanisme pemeriksaan golongan darah itu.
Saat dihubungi media ini, dr. Vera Maria Jacob menjelaskan, jika informasi tentang kesalahan diagnosa golongan darah milik salah satu pasien yang beredar di media massa tidak benar.
“Awalnya formulir permintaan darah dan sampel darah pasien masuk pada tanggal 24 Januari 2024 jam 08.00 pagi, kemudian dilakukan pemeriksaan golongan darah tahap awal terhadap sampel darah pasien didapatkan hasil Anti-A 4+, Anti-B 4+ dan Anti-D 4+ maka disimpulkan oleh petugas pasien tersebut memiliki golongan darah AB Rhesus Positif berdasarkan pemeriksaan golongan darah menggunakan metode plate,”ujarnya.
Vera mengatakan, hal tersebut dikarenakan stok golongan darah AB Rhesus positif di UTD RSUD Kotamobagu dalam keadaan kosong maka petugas menyarankan keluarga untuk mencari pendonor.
“Setelah keluarga pasien membawa pendonor yang sama golongan darah dengan pasien ke UTD RSUD kemudian dilakukan pemeriksaan uji silang serasi atau kecocokkan antara darah pasien dan darah donor (crossmatch) ternyata hasilnya tidak cocok (incompatible),”terangnya.
Lanjutnya, sehingga langsung dilakukanlah pemeriksaan lanjutan konfirmasi golongan darah (cell grouping dan serum grouping) terhadap sampel pasien menggunakan metoda tube test (tabung) dari pemeriksaan didapatkan hasil Anti-A 4+, anti-B 4+, Anti-D 4+, Tes Sel A 4+, Tes Sel B 4+, Tes Sel O 4+ dan Auto Kontrol 4+.
Dengan hasil tersebut terang dr. Vera Jacob, disimpulkan telah terjadi diskrepansi golongan darah. Diskrepansi golongan darah adalah perbedaan atau ketidaksesuaian periksaan golongan darah antara penggolongan sel dan serum. Salah satu penyebab terjadinya perbedaan adalah anemia hemolitik autoimun
“Dikarenakan hasil diskrepansi golongan darah maka harus dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan penanganan khusus terhadap sampel pasien dimana seluruh pemeriksaan menggunakan teknik prewarm atau harus dilakukan pada suhu 37°C dan didapatkan hasil Anti-A Neg, Anti-B Neg, Anti-D 4+, Tes Sel A 4+, Tes Sel B 3+, Tes Sel O 4+, dan Auto Kontrol 4+ Sehingga disimpulkan pasien tersebut bergolongan darah O Rhesus Positif,” ujarnua menjelaskan secara rinci.
“Jika dilihat dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan kemungkinan adanya kelainan didalam darah pasien karena pada orang normal pemeriksaan Auto kontrol adalah negatif sementara pada pasien hasilnya positif,”ungkapnya.
Berikut Kronologi Awal Pasien Datang ke UTD RSUD Kotamobagu
Awalnya keluarga pasien datang ke UTD RSUD Kotamobagu membawa formulir dan sampel pasien atas nama Ny. YG sekira pagi pukul 08.00 WITA.
petugas melakukan pemeriksaan golongan darah AB+, karena tidam ada stok darah AB+ di UTD RSUD Kotamobagu, maka petugas menyarankan untuk mencari pendonor.
Sore sekira pukul 17.00 WITA, pendonor sudah ditemukan, maka petugas melakukan pemeriksaan.
Ternyata, ditemukan ketidak cocokan darah antara pasien dengan pendonor darah. Makan petugas meminta kembali sampel baru pasien untuk diperiksa untuk mendapatkan kembali konfirmasi golongan darah.
“Ternyata, hasil positif semua, dimana kalau positif semua seperti itu, berarti terjadi diskrepansi golongan darah. Nah karna diskrepansi golongan darah, petugas membuat pemeriksaan lanjutan, dimana harus pakai Teknik prewarm yaitu pemeriksaan harus dibuat di suhu 37°C,” jelas dr. Vera Jacob.
Ternyata hasil golongan darah O+. Petugas kemudian mencocokan lagi dengan darah O+ yang ada di UTD tapi trnyata tidak cocok.
“Dari hasil pemeriksaan, auto kontrol pasien itu positif, kalau bagi orang normal itu negatif. Kalau auto kontrol positif begitu berarti memang ada masalah pada darah pasien. Istilahnya, darah sendiri saja sudah dalam kondisi tak stabil atau dalam bahasa sederhananya “darah sandiri so bakalae”, apalagi jika akan dimasukan darah orang lain, pasti akan ada reaksi transfusi,” pungkasnya.
Peliput: Vicky Tegela