Komunitas Lingkungan Gelar Diskusi dan Lapak Buku, Peringati Hari Bumi-Buku Sedunia

komunikasulut.com – Dalam rangka memperingati hari bumi dan hari buku sedunia, KPPA Tarantula, KMPA Tansa dan KPA Silvaterra mengelar kegiatan diskusi santai dan lapak buku, Rabu (23/4/2025).

Kegiatan yang dilaksanakan di Sekretariat KPPA Tarantula itu dihadiri oleh beberapa kelompok pecinta alam, seperti KPAB Tusam, KPAB Corvus dan KPAB Chiroptera. Dengan pemantik pertama pada diskusi itu, adalah Fenly Derek, selaku pegiat Konservasi sekaligus Ketua LPAMU (Lintas Pecinta Alam Manado Utara).

Pada kesempatan itu, Fenly menjelaskan terkait jenis penyu hingga pada manfaatnya, begitupun dengan mangrove itu sendiri.

Selain memaparkan berbagai jenis penyu, Demisioner Ketua KPPA Tarantula ini juga menjelaskan manfaat penyu bagi ekosistem laut. “Penyu memiliki banyak manfaat bagi ekosistem laut, di antaranya menjaga kesehatan terumbu karang, padang lamun, serta mengontrol populasi ubur-ubur, dan mendistribusikan nutrisi.”

” Bahkan penyu juga berperan penting dalam keanekaragaman hayati dan mendukung kehidupan makhluk air lainnya,” singkatnya.

Begitupun dengan Mangrove, selain memperkenalkan berbagai jenis beserta substrat, Fenly juga menjelaskan terkait manfaatnya. “Mangrove memiliki maaf di antaranya melindungi pantai dari erosi, menjadi tempat hidup dan sumber makanan bagi berbagai jenis biota laut, mendukung ketahanan pangan dan pendapatan masyarakat, serta memiliki peran penting dalam menjaga kualitas lingkungan.”

“Kesimpulannya Penyu dan mangrove memiliki peran penting bagi alam karena keduanya merupakan bagian integral dari ekosistem pesisir dan laut. Penyu berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut, sedangkan mangrove berperan sebagai penahan abrasi, pemecah ombak alami, dan tempat hidup bagi berbagai jenis biota,” ucapnya.

Sedangkan Meikel Pontolondo, selaku ketua KMPA Tansa menjelaskan perburuan dan perdagangan satwa liar menjadi persoalan serius di Indonesia. Ancaman yang menyertainya tidak melulu bicara soal kerugian ekologi maupun ekonomi. “Kita bisa belajar dari pandemi Covid-19 yang melanda dunia, perburuan dan perdagangan satwa liar berpotensi menyebabkan pandemi lagi di masa mendatang.”

“Zoonosis mungkin kalimat asing ditelinga kebanyakan orang, penyakit yang menular dari hewan ke manusia bahkan sebaliknya. Zoonosis disebabkan oleh Mikroorganisme parasit berupa bakteri, jamur, serta parasit seperti protozoa dan cacing. Penularannya melalui tiga cara, langsung, tidak langsung dan konsumsi,” terangnya.

Lanjut dia, peneliti Kelalawar dari Laboratorium Konservasi Sumber daya hutan Universitas Hasanudin, Risma IIIa Maulany mengatakan dari 74 jenis Kelalawar, terdapat 66 jenis virus yang teridentifikasi, termasuk iyssavirus, rabies, Hendra/Nipah virus atau bakteri Corona.

“Selain Kelalawar, bahkan juga Yaki, ketika diburu maupun dikonsumsi akan juga menyebabkan terjangkitnya penyakit zoonosis kepada manusia, seperti  polio hepatitis, simian retrovirus dan masih banyak lagi,” terangnya.

Bahkan hewan yang menjadi peliharaan manusia pun, tambah dia, bisa menyebabkan penyakit zoonosis atau zoonotik, seperti kucing , anjing, sapi dan lainnya.

“Untuk penyu sendiri pada dagingnya ada bakteri salmonella, yang bisa pula mengancam kehidupan manusia, apalagi yang mengkonsumsinya,” singkatnya.

Menurutnya, kehidupan manusia tidak lepas dari persoalan, salah satunya ancaman penyebaran penyakit zoonotik, apalagi rabies, maka dari itu sangat perlu adanya perhatian bersama dalam menjaga, melindungi dan melestarikan lingkungan yang ada, agar jauh dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Ketua KPPA Tarantula, Christian Diamanis kepada awak media mengatakan kegiatan ini bagian dari hal penting untuk sesama pecinta alam, sebagai bentuk edukasi, mengingat banyak hal yang tidak  diketahui, akhirnya bisa diketahui.

“Misalnya penyu dan mangrove dapat berperan penting dalam ekosistem laut, serta memiliki hubungan antara makluk hidup dan lingkungannya, apalagi terkait bahaya zoonosis, di situ ada pesan penting untuk tidak mengkonsumsi sekaligus  menghindari hewan liar maupun  peliharaan yang tidak sehat maupun adanya luka,” ungkap Christian.

Untuk menghindari terjangkitnya zoonosis, seharusnya selalu menjaga kebersihan diri, lingkungan, tidak mengkonsumsi hewan liar maupun peliharaan, guna menghindari penularan penyakit ini.

Sekretaris KMPA Tansa, Kristi Katiandagho, ketika diwawancarai menyebut kegiatan seperti ini sangat penting untuk saling berbagi kepada sesama.

“Dari kegiatan ini ke depannya, kirannya hubungan dan kolaborasi terus berkelanjutan untuk lingkungan yang sehat, serta berdampak baik terhadap manusia,” pungkasnya. (*)