Jalan Menuju Kursi Legislatif

Oleh: Dr. Melki Kumaat, M.Si.

PEMILIHAN legislatif merupakan momen penting dalam sistem demokrasi, di mana warga negara memiliki kesempatan untuk memilih wakil mereka di lembaga legislatif. Bagi calon legislatif (caleg), meraih kemenangan dalam pemilihan ini menjadi tujuan utama. Namun, untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan strategi yang efektif. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan-teknologi, Artificial Intelingent (AI), dan keterbukaan informasi, seharusnya akan lebih memudahkan para kandidat untuk memenangkan kontestasi politik, khususnya pada level pemilihan legislatif.

Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh calon legislatif dalam menghadapi kontestasi politik lima tahunan ini. Pertama, kesiapan diri secara psikologis, fisik, pengetahuan dan finansial yang matang. Selain itu, diperlukan juga wawasan pengetahuan yang luas akan regulasi, tugas dan fungsi anggota legislatif, platform partai, ideologi partai. Serta kemampuan berkomunikasi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Semua itu perlu dimiliki sebelum memperluas jaringan untuk mendapatkan dukungan. Pada akhirnya, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap semua kerja-kerja politik yang telah dilaksanakan selama periodik kampanye adalah langkah mutlak yang harus dikerjakan.

Kampanye dan kontestasi politik selalu memberikan pengalaman yang menantang secara emosional dan mental. Pada situasi ini, caleg harus siap menghadapi tekanan, kritik, dan tantangan yang mungkin muncul selama kampanye. Selain itu, dibutuhkan juga kestabilan emosional dan daya tahan yang kuat untuk menghadapi stres, kekecewaan, atau bahkan serangan pribadi. Agar tetap fokus, termotivasi, dan berkinerja baik selama periode kampanye, maka caleg harus mempersiapkan diri secara psikologis. Oleh karenanya aspek psikologis merupakan awal yang harus  dipersiapkan secara sungguh-sungguh .

Begitu pun dengan kesiapan fisik. Tingginya frekuensi dan intensitas kampanye pemilu, tentu akan menguras energi fisik setiap kandidat. Jadwal yang padat, menghadiri undangan tim sukses, menghadiri acara kampanye, berbicara di depan publik, dan melakukan berbagai road show akan menjadi aktivitas-aktivitas yang membutuhkan stamina dan kebugaran fisik yang baik. Sehingga, kondisi fisik yang prima bagi calon legislatif saat menjalankan kampanye efektif menjadi sebuah keharusan.

Selain itu, caleg wajib mempersiapkan dirinya dengan memperluas wawasan pengetahuan. Khususnya menyangkut regulasi, tugas dan fungsi anggota legislatif, ideologi partai dan platform politik. Semua itu adalah hal-hal substansi yang harus dimengerti dan dipahami oleh setiap calon legislatif. Bermodalkan wawasan tersebut, komunikasi politik akan lebih interaksional dan efektif. Dan, dari situ juga caleg akan diukur layak – tidak layak dirinya sebagai calon wakil rakyat.

Hal lain yang tidak kalah penting dan sudah menjadi rahasia umum adalah kesiapan finansial. Dalam setiap kontestasi politik, finansial bukanlah segala-galanya, tetapi finansial merupakan hal pokok yang harus dipersiapkan secara matang dan terukur selama aktivitas kampanye. Minimal, finansial tersebut boleh untuk membiayai operasional pribadi selama periode pra-saat-pasca kampanye. Sedangkan secara lebih luas, finansial yang ada, harus cukup untuk membiayai berbagai keperluan kampanye, seperti: biaya produksi materi kampanye, transportasi, operasional tim kampanye, dan lain sebagainya. Biaya Kampanye politik yang begitu besar sebaiknya telah dikalkulasi dan diantisipasi sejak awal. Pada titik ini, caleg harus memastikan bahwa kesiapan dan pengaturan finansialnya akan berjalan lancar tanpa menemui hambatan hingga hari akhir.

Lalu, berapa kebutuhan finansial yang sebenarnya dibutuhkan? Jawabannya: Relatif. Semakin banyak tim pemenangan, target suara, sebaran wilayah, intensitas kegiatan, maka semakin banyak pula finansial yang dibutuhkan. Caleg yang memiliki modal sosial tinggi akan lebih dimudahkan dalam merebut suara pemilih dengan low cost dibandingkan dengan yang tidak memilikinya. Semakin tinggi modal sosial seseorang, maka semakin rendah modal finansial yang dibutuhkan. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah seberapa banyak suara yang mampu didulang oleh mereka yang hanya mengandalkan modal sosial? Dan berapa banyak yang terpilih dengan hanya memanfaatkan modal sosialnya?

Tingginya biaya operasional dapat direduksi dengan cara mengatur ritme pergerakan selama periodik kampanye. Bayangkan, jika dengan waktu 9 bulan menuju hari pemilihan, dan selama itu kandidat turun lapangan secara terus-menerus bertemu dengan konstituen. Entah berapa banyak biaya operasional dan biaya lain-lainnya dihabiskan. Ditambah lagi beban psikologis dan energi fisik yang terkuras.

Dengan membentuk tim pemenangan, maka akan mempermudah beban kerja politik. Konsekuensinya beban biaya politik pun akan bertambah. Terlepas dari semua itu, pembentukan tim pemenangan yang solid sangat dibutuhkan. Tim ini sangat berperan untuk membangun jaringan (networking) yang luas, memperoleh dukungan dari berbagai kelompok masyarakat, meningkatkan keterkenalan, kesukaan, keterpilihan, dan mengawal suara sampai akhir penghitungan. Tim pemenangan haruslah diisi oleh orang-orang yang benar-benar berniat memenangkan calonnya, dan bukan hanya memenangkan kepentingan dapurnya sendiri. Keberadaan tim pemenangan harus meringankan beban kerja dan beban pikiran calon legislatifnya, bukan sebaliknya malahan menjadi beban elektoral.

Untuk memudahkan kerja-kerja politik, caleg dan tim dapat memanfaatkan teknologi, terutama saat melakukan monitoring dan evaluasi. Saat ini banyak tools berbentuk aplikasi dan software yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan rekapitulasi dan pengolahan data dukungan, manajemen daftar pemilih, dan pergerakan relawan secara otomatisasi, real time, mobile, dan terintegrasi. Semua itu hanya menggunakan smartphone. Melalui genggaman saja kita bisa menginput data dan menerimanya secara langsung, kapanpun dan di manapun.

Dengan teknologi, khususnya Artificial Intelligence (AI) akan memudahkan aktivitas komunikasi politik. Dengan teknologi AI, pembuatan konten video, poster, copywriting, voice over, dan sebagainya, bisa selesai lebih cepat dari biasanya. Selain itu, kita masih bisa memanfaatkan media konvensional, media berbasis online, serta media sosial untuk berinteraksi dengan pemilih. Meskipun begitu, aktivitas komunikasi politik secara tatap muka seperti pertemuan kelompok, komunitas, kegiatan sosial lainnya, masih sangat perlu dilakukan secara intens untuk membangun hubungan personal, meningkatkan kepercayaan, dan menambah dukungan elektoral.

Semua kerja-kerja politik di atas perlu diukur seberapa efisien dan efektif terhadap pergerakan yang telah dilakukan. Pengukurannya bisa dengan metode kualitatif dan kuantitatif maupun mix methode. Melalui riset ini, kita akan memperoleh informasi berupa situasi dan isu politik terkini, preferensi pemilih, posisi suara terkini  dibandingkan kompetitor, kebutuhan pemilih, aspirasi pemilih, motif pemilih dan sebagainya. Hasil temuan itu, selanjutnya dijadikan dasar untuk penyesuaian strategi pemenangan dengan memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada dilapangan saat ini, beserta solusi-solusi kreatif untuk memperoleh suara yang signifikan.

Memang, tidak mudah meraih kemenangan dalam pemilihan legislatif, namun banyak cara yang memudahkan untuk meraihnya. Ada caranya, ada ilmunya. Faktor kuncinya ada pada kesiapan diri yang matang, pengembangan jaringan dan dukungan, kemampuan komunikasi efektif, pemanfaatan teknologi, kerja berbasis data, dan evaluasi yang berkelanjutan. Dengan strategi yang tepat, caleg dapat memperkuat posisi mereka dalam meraih dukungan pemilih secara efektif dan efisien. Artinya, memperoleh jumlah suara yang signifikan dengan pembiayaan yang minimalis.