Refleksi Hari Kesehatan Nasional ke-58

(foto istimewa)

Oleh: Perkumpulan Observasi Kesehatan Indonesia (Obsekindo)

HARI Kesehatan Nasional (HKN) yang diperingati setiap 12 November, ada tempatnya merupakan momentum memperingati KEBERHASILAN Pemerintah bersama Masyarakat yang sukses menekan endemik Malaria yang sangat mematikan dan berhasil ditekan hingga memasuki pra-eleminasi di tahun 1962-1964 menuju eliminasi malaria 1970.

Kisah sukses inilah yang seharusnya menginspirasi HKN demi HKN dimana Masyarakat dan Pemerintah menunjukkan kesungguhan dalam sinergi upaya peningkatan kualitas kesehatan dan Ketahanan Nasional.

Kelahiran bayi kemarin, yang menggenapkan penduduk bumi menjadi 8.000.000.000 orang dengan pertambahan 2 kali lipat dari semula 4 Millyar pada tahun 1974, hanya 48 tahun. Artinya akan menjadi 16 M dan 32 M dalam waktu yang semakin cepat.

Kondisi ini memberi pesan penting. Peristiwa demi peristiwa, termasuk belum terkendalinya Pandemi Covid-19, mengingatkan dunia dan semua penghuninya, ada yang yang terus berubah diluar dirinya dan diluar kendalinya, seterusnya bisa mengancam tata kehidupan manusia itu sendiri.

Dari sini bisa diambil asumsi kuat bahwa MANUSIA adalah variable utama perubahan. Transisi epidemiologi yang disebabkan faktor Lingkungan (non kesehatan), Tehnologi termasuk mesin perang (non kesehatan), Eksplorasi Sumberdaya Alam (non kesehatan), Perilaku Manusia (kualitas edukasi), Faktor Penyakit Genetik/yang bisa diturunkan dari Orang tua yang tidak semakin menurun (non kesehatan dan kesehatan) serta Upaya Kesehatan melalui Fasilitas Kesehatan yang masih dibawah standar karena kurang Dokter, kurang tenaga terampil kesehatan, kurang alat medis dan kurang obat disamping sulit dijangkau.

Semuanya akan mempersulit perbaikan kualitas kesehatan dalam waktu cepat. Disaat yang sama era Disrupsi tehnologi tidak boleh diabaikan. Era Internet Of Things (IOT) dengan keanekaragaman model digital yang tampak memukau, tetapi sesungguhnya juga memberi residu buruk terhadap kesehatan, khususnya bagi generasi usia dini, bagi para transporter roda dua maupun roda empat yang tidak punya konsep kerja sehat.

Semuanya akan menjadi bom waktu yang tak terduga. Pendekatan ala “pemadam kebakaran”, hanya memadamkan yang terlihat, tanpa melihat luasnya ancaman dan upaya pencegahan yang lebih mendidik dan memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat tentu tidak menyelesaikan masalah yang sesungguhnya.

Jika dilakukan Observasi atas semua indicator utama kesehatan dari seluruh sumber resmi Lembaga kesehatan Dalam Negeri dan Luar Negeri, menunjukkan kualitas kesehatan belum menunjukkan tren membaik, bahkan sesungguhnya semakin menurun.

Indonesia semakin dibebani penyakit yang kumulasinya disebut Triple Burden Disease. Masalah gizinya disebut Double Burden Nutrition, kelebihan gizi dan sangat kekurangan gizi. Memang ada perbaikan, tetapi upaya itu berjalan lebih lambat dibanding dengan proses memburuknya semua factor penyebab penyakit.

OBKESINDO, suatu perkumpulan kaum peduli Kesehatan dan Kesekitarannya (Health and Beyond Health) yang berasal dari para Purna Bakti ASN berbagai Kementerian/Lembaga/Badan dan Purnawirawan TNI/Polri dari berbagai matra serta kaum mandiri, dengan penuh kepedulian, masih merasa bertanggungjawab untuk berkontribusi, setidaknya dalam pengalaman (sukses dan gagal selama pengabdian).

Gagasan dan konsep dengan pendekatan interrelasi lintas sectoral memberikan saran kepada Menteri yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang Kesehatan, untuk mempertimbangkan menyelenggarakan KONVENSI KESEHATAN NASIONAL yang melibatkan semua stakeholders kesehatan baik formal (termasuk Perguruan Tinggi, Lembaga Riset/Penelitian maupun Mandiri, dll) kelompok informal serta masyarakat berbagai wilayah.

Melalui KONVENSI KESEHATAN NASIONAL akan dihasilkan RESOLUSI 100 TAHUN INDONESIA SEHAT BERKUALITAS. Pertama konsep Utuh menuju 100 Tahun Kemerdekaan RI dengan Pembangunan Kesehatan yang melibatkan semua unsur Negara (Pusat dan Daerah), Swasta dan Masyarakat dalam suatu KOLABORASI yang terpadu dan berkelanjutan serta Menangani kesehatan sebagai tanggungjawab bersama.

Kedua menggali Kemandirian Negeri dalam Peningkatan Kualitas Kesehatan secara Komprehensif, Terpadu dan Lintas Sektor, seperti:

1) Peningkatan dan pemanfaatan produksi Alat dan Tehnologi Kesehatan;
2) Peningkatan industri kefarmasiaan untuk meningkatkan produksi bahan baku obat-obatan dan menekan import hingga dibawah 50%;
3) Peningkatan produksi dan pemanfaatan Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka dimasyarakat serta pemanfaatannya sebagai Pelayanan Kesehatan Integrasi di fasilitas kesehatan;
4) Menerapkan Standar Tunggal kualifikasi Fasilitas Kesehatan Primer/ Pusat Kesehatan Masyarakat yang Adil dan Berlaku diseluruh wilayah Indonesia (Paripurna) serta menerapkan seutuhnya pendekatan “Five Level Of Prevention”, dan memperhatikan Deklarasi “Ottawa 1986” dan “Jakarta 1997”.
5) Memberlakukan secara total dan menyeluruh semua aturan Ketertiban umum yang menyangkut tanggungjawab Pemeliharaan Kesehatan sesama. Menggerakkan tugas dan fungsi PPNS adalah keniscayaan yang terus menerus sebagai wujud perlindungan kepada masyarakat.

Health is not everything, but without health everything is nothing. Sehat bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan, segalanya tidak ada artinya. OBKESINDO atau Indonesia Health Observer (IHO) mengajak seluruh Kementerian, Lembaga dan Badan serta Kelompok masyarakat agar menjadikan Kesehatan sebagai INVESTASI dan terus diperkuat.

Hanya dengan perhatian yang kuat dan tanggungjawab yang tinggi kepada Diri, Keluarga dan Lingkungan, Kualitas kesehatan Nasional akan meningkat, sekaligus meningkatkan kualitas Ketahanan Nasional kita.

Bangkit Indonesiaku, sehat negeriku. (*)