Oleh: Dra. Ivonne R. J. Kawatu
ADAM dan hawa, Romeo dan Juliet, sampai Legenda Toar Lumimuut adalah catatan peristiwa sejarah yang diungkap akan arti setia dalam cinta.
Perempuan dicipta dari tulang rusuk laki-laki dan disandingkan untuk melindungi, membuat hidup bermakna serta berbahagia.
Peran perempuan sangatlah kompleks dan berganda, baik sebagai pendamping suami, melahirkan anak, bekerja dalam Rumah, maupun bekerja di luar rumah.
Perempuan masa kini yang aktif bekerja di luar rumah tanpa harus meninggalkan kodratnya sebagai ibu, dalam mengurus anak dan sebagai isteri dalam melayani suami.
Tetapi sayangnya, banyak perempuan yang telah melakukan kewajibannya tidak dihargai apalagi diindahkan oleh kaum lelaki.
Konon terjadi karena kaum lelaki telah dinina bobokan oleh pergaulan yang bebas, sehingga lepas kendali. Juga karena kesombongan, menjadi tamak, dan karena keegoisan lupa akan tanggung jawab.
Apalagi ketika telah berada di puncak kesuksesan, punya tahta, harta, dan perempuan. Maka segala sesuatu silau dan dibutakan, sehingga menjadi lupa apa yang harus dilakoninya.
Ada banyak kasus kehidupan suami isteri yang kamuflase, dan alasan klise karena pertimbangan demi anak, demi kehormatan, demi keluarga besar. Sampai disimpan rapih karena malu, ataupun takut ditinggalkan.
Pasti hal ini tersiksa, karena semua hati manusia bentuknya sama tidak ada beda. Sama-sama ada rasa sakit. Bisa terluka bahkan sampai bernanah yang sulit di sembuhkan. Dan ada tangis dibuatnya. Yang membedakan, ada yang kuat tapi ada juga yang lemah.
Dapat dibayangkan kehidupan keseharian yang hidupnya diisi dengan ketakutan, kesedihan, dan kewaswasan. Tapi herannya dengan alasan di atas, para isteri mau menerima perlakuan yang menyedihkan dan tersiksa. Bahkan ada yang sampai meraung- meraung karena tidak mau di tinggalkan, padahal tahu sudah diduakan.
Justru orang yang melihat dan mendengarnya menjadi geram, kesal, bahkan membela mencari keadilan sampai berunjuk rasa. Karena tidak menerima perlakuan laki-laki yang telah merendahkan harkat dan martabat perempuan.
Seharusnya perempuan itu di hormati, dijagai, dilindungi, dan disayangi. Seorang suami harusnya menjadi pelita dalam mengiringi dengan kasih, perhatian, dan kesetiaan.
Sebaliknya, laki-laki yang berbuat salah ketika dijatuhi hukuman tidak menerima dan berkelit, bahkan balik menentang tanpa rasa malu sekecil pun. Cuek dengan sekitar dan tak berhati nurani, padahal nyata terbukti bersalah.
Lupakah ketika muda dulu sama- sama memperjuangkan cinta? Lupakah ketika hidup susah makan sesuap nasi sepiring bersama? Lupakah ketika terpuruk mengais rejeki bersama dengan peluh keringat dan air mata? Lupakah ketika janji pernikahan diikrarkan bersama untuk hidup semati dihadapan Tuhan dan umat?
Janji prasetia nikah adalah diatas segalanya. Karena apa yang dipersatukan Allah tidak dapat diceraikan oleh manusia. Tapi bukan berarti kita harus membawa derita yang tak bertepi, tidak mengambil langkah dan tindakan tegas sekalipun dengan hukuman. Karena lebih baik teguran nyata daripada kasih tersembunyi.
Karena kasih bukan berarti menutupi kesalahan. Tapi memberi masa depan untuk hari ini, memberi musim semi bagi musim dingin, memberi pelangi bagi badai, memberi kehidupan bagi segala sesuatu. Buatlah jerah agar sadar dan dapat berbalik ke jalan yang benar.
Ingat, R.A Kartini adalah pejuang perempuan Indonesia yang telah memperjuangkan emansipasi. Sehingga, perempuan mempunyai hak yang sama. Bukan untuk di jajah, ditindas, bahkan diremehkan oleh siapapun terlebih kaum lelaki.
Perempuan diajak untuk tidak terpuruk dengan keadaan. Tapi menjadi perempuan yang tangguh, kuat, bijak bahkan tak tergoyahkan.
Hargailah perjuangan R.A Kartini untuk berprestasi, sukses, dan berhasil di segala bidang. Berjalanlah ke depan, dengan keyakinan di sana ada impian, harapan, dan cita-cita yang menunggumu.
Berbahagialah mereka yang mengasihi pasangannya lebih dari siapapun. Yang dengan senang hati menggenapi janji nikah untuk saling menolong dan setia seumur hidup.